Chesterton oor Indonesies

Chesterton

naamwoord

conservative English writer of the Roman Catholic persuasion; in addition to volumes of criticism and polemics he wrote detective novels featuring Father Brown (1874-1936)

Vertalings in die woordeboek Engels - Indonesies

Chesterton

naamwoord

The second one is the second G.K. Chesterton quote of this session,
Yang kedua adalah kutipan kedua dari G.K. Chesterton pada sesi ini,

G. K. Chesterton

naamwoord

Gilbert Keith Chesterton

naamwoord

Soortgelyke frases

G. K. Chesterton
Chesterton · G. K. Chesterton · Gilbert Keith Chesterton

Gilbert Keith Chesterton
Chesterton · G. K. Chesterton · Gilbert Keith Chesterton

voorbeelde

Anthony Berkeley was instrumental in setting up the club, and the first president was G. K. Chesterton.
Anthony Berkeley adalah tokoh penting dalam pembentukan klub tersebut, dan presiden pertamanya adalah G. K. Chesterton.

P. G. Wodehouse once described a very loud crash as "a sound like G. K. Chesterton falling onto a sheet of tin".
P. G. Wodehouse pernah mendeskripsikan suatu kecelakaan yang sangat keras suaranya sebagai "suara seperti G. K. Chesterton jatuh ke selembar timah".

She was the wife of G. K. Chesterton and had a large role in his career as amanuensis and personal manager.
Ia adalah istri G.K. Chesterton dan memiliki peranan penting dalam karier Chesterton sebagai amanuensis dan manajer pribadinya.

(Chesterton himself tells the story, omitting, however, his wife's alleged reply, in ch.
(Chesterton sendiri menceritakan kisah tersebut, namun tidak menuliskan dugaan balasan dari istrinya, dalam bab XVI dari autobiografinya.)

He has written, edited, or contributed to more than fifteen books on G. K. Chesterton, including The Apostle of Common Sense, Common Sense 101: Lessons from G. K. Chesterton, The Complete Thinker, and In Defense of Sanity.
Ia telah menulis, mengedit, ataupun berkontribusi pada lebih dari lima belas buku mengenai G. K. Chesterton, termasuk The Apostle of Common Sense, Common Sense 101: Lessons from G. K. Chesterton, The Complete Thinker, dan In Defense of Sanity.

Chesterton wrote around 80 books, several hundred poems, some 200 short stories, 4000 essays, and several plays.
Chesterton menulis sekitar 80 buku, beberapa ratus puisi, sekitar 200 cerita pendek, 4.000 esai, dan sejumlah drama.

An early use of the term neo-medievalism in a sense like Umberto Eco's was in Isaiah Berlin's 1953 "The Hedgehog and the Fox": There is no kinship between him and those who really did believe in the possibility of some kind of return – neo-medievalists from Wackenroder and Görres and Cobbett to G. K. Chesterton, and Slavophils and Distributists and Pre-Raphaelites and other nostalgic romantics; for he believed, as Tolstoy also did, in the exact opposite: in the "inexorable" power of the present moment: in our inability to do away with the sum of conditions which cumulatively determine our basic categories, an order which we can never fully describe or, otherwise than by some immediate awareness of it, come to know.
Makna neo-medievalisme yang dipaparkan Umberto Eco pertama kali digunakan dalam "The Hedgehog and the Fox" karya Isaiah Berlin tahun 1953: Tidak ada keterkaitan antara dia dan mereka yang benar-benar yakin bahwa masa lalu mungkin akan terwujud kembali – kalangan neo-medievalis mulai dari Wackenroder dan Görres dan Cobbett sampai G. K. Chesterton, dan kaum Slavofil dan Distributis dan Pra-Raffaellit dan orang-orang romantis nostalgis lainnya; karena dia meyakini sebaliknya seperti Tolstoy: yakin dengan kekuatan masa kini yang "tak terbendung": yakin dengan ketidakmampuan kita untuk merombak semua kondisi yang menentukan kategori dasar kita, sebuah tatanan yang tidak akan pernah bisa kita jabarkan atau ketahui kecuali dengan menyadarinya secara langsung.

Chesterton routinely referred to himself as an "orthodox" Christian, and came to identify this position more and more with Catholicism, eventually converting to Catholicism from High Church Anglicanism.
Chesterton sering menyebut dirinya sebagai seorang Kristen "ortodoks", kemudian mengidentifikasi posisinya ini dengan semakin mendekati Katolisisme, dan pada akhirnya beralih dari Gereja Tinggi Anglikanisme ke Gereja Katolik.

Near the end of Chesterton's life, Pope Pius XI invested him as Knight Commander with Star of the Papal Order of St. Gregory the Great (KC*SG).
Menjelang akhir hidup Chesterton di dunia ini, Paus Pius XI menganugerahkannya Komandan Kesatria dengan Bintang dari Orde St. Gregorius Agung (KC*SG).

From that point onwards the same road -- no longer called "The Long Lane" -- continued through Staffordshire to Chesterton near Newcastle-under-Lyme.
Dari titik itu selanjutnya pada jalan yang sama tidak disebut lagi "The Long Lane" berlanjut melalui Staffordshire ke Chesterton dekat Newcastle under Lyme.

Another famous apologist, G. K. Chesterton, wrote in the early twentieth century about the benefits of religion and, specifically, Christianity.
Ahli apologetika kenamaan lainnya, G. K. Chesterton, menulis pada permulaan abad ke-20 tentang manfaat-manfaat agama, teristimewa agama Kristen.

The television program, G. K. Chesterton: The Apostle of Common Sense, appears on EWTN.
Program televisi yang populer dengan judul G. K. Chesterton: The Apostle of Common Sense ditayangkan di EWTN.

The Charity of Frances Alice Chesterton was established by her will and was registered as a charity in 1965 (registered charity number 252034).
Karitas Frances Alice Chesterton didirikan sesuai wasiatnya dan terdaftar sebagai sebuah karitas atau badan amal pada tahun 1965 (nomor karitas terdaftar 252034).

In response to the Industrial Revolution, agrarian writers sought a way between liberty and tradition; William Cobbett, G. K. Chesterton and Hilaire Belloc were main exponents, while the founder of guild socialism, Arthur Penty, and cooperative movement advocate G. D. H. Cole are somewhat related.
Sebagai tanggapan terhadap Revolusi Industri, penulis agraria muncul dengan topik-topik kebebasan dan tradisionalis; William Cobbett, G. K. Chesterton and Hilaire Belloc adalah pelopor utamanya, sedangkan pendiri serikat sosialisme, Arthur Penty, dan gerakan koperasi advokat G. D. H. Cole adalah beberapa tokoh yang juga berkaitan.

Early on Chesterton showed a great interest in and talent for art.
Sejak awal Chesterton menunjukkan talenta dan ketertarikan besar dalam seni.

G. K. Chesterton criticized Islam as a derivative from Christianity.
GK Chesterton mengkritik Islam sebagai turunan dari agama Kristen.

For example, G.K. Chesterton wrote that, "His experiences included well-attested cases of levitation in ecstasy; and the Blessed Virgin appeared to him, comforting him with the welcome news that he would never be a Bishop."
Sebagai contoh, G. K. Chesterton menulis bahwa, "Pengalaman-pengalamannya termasuk peristiwa-peristiwa levitasi dalam ekstase yang didukung banyak bukti; dan Perawan Terberkati menampakkan diri kepadanya, menghiburnya dengan kabar gembira bahwa ia tidak akan pernah menjadi seorang Uskup."

The magazine initially came about as the result of combining three modest newsletters: Midwest Chesterton News, published by John Peterson in Chicago, All Things Considered, published by Ron McCloskey in Ottawa, Ontario, Canada, and Generally Speaking, published by the American Chesterton Society.
Majalah tersebut awalnya muncul sebagai hasil penggabungan dari tiga buletin sederhana: Midwest Chesterton News, diterbitkan oleh John Peterson di Chicago; All Things Considered, diterbitkan oleh Ron McCloskey di Ottawa, Ontario, Kanada, dan Generally Speaking, diterbitkan oleh American Chesterton Society.

In September 1895 Chesterton began working for the London publisher Redway, where he remained for just over a year.
Pada bulan September 1895, Chesterton mulai bekerja untuk salah satu penerbit London, Redway, bertahan di sana lebih dari satu tahun.

While Chesterton was writing from a socialist point of view for Orage, he was also moving to an Anglo-Catholic religious stance.
Kendati Cecil menulis dari sudut pandang sosialis untuk Orage, namun ia juga beralih ke suatu posisi religius Anglo-Katolik.

Time magazine has observed of his writing style: "Whenever possible Chesterton made his points with popular sayings, proverbs, allegories—first carefully turning them inside out."
Majalah Time mengomentari gaya tulisannya: "Kapan saja memungkinkan Chesterton memberikan pokok-pokok pemikirannya dengan ungkapan populer, pepatah, alegori—pertama-tama dengan benar-benar membalikkannya secara hati-hati."

He is also the co-founder of Chesterton Academy, a Minneapolis-based high school rated one of the top 50 Catholic schools in the United States.
Ia juga merupakan salah seorang pendiri en (Chesterton Academy), suatu sekolah menengah yang berbasis di Minneapolis dan termasuk salah satu di antara 50 sekolah Katolik terbaik di Amerika Serikat.

According to Ian Ker (The Catholic Revival in English Literature, 1845–1961, 2003), "In Chesterton's eyes Dickens belongs to Merry, not Puritan, England"; Ker treats Chesterton's thought in Chapter 4 of that book as largely growing out of his true appreciation of Dickens, a somewhat shop-soiled property in the view of other literary opinions of the time.
Menurut Ian Ker (The Catholic Revival in English Literature, 1845–1961, 2003), "Di mata Chesterton, Dickens termasuk Inggris Merry, bukan Puritan"; Ker menganggap pemikiran Chesterton di Bab IV buku tersebut utamanya timbul dari apresiasi sejati pada Dickens, suatu atribut yang relatif usang dalam pandangan opini-opini literer lainnya pada saat itu.

In 2000, Ahlquist quit his job as a political lobbyist to run the American Chesterton Society full-time.
Pada tahun 2000, Ahlquist berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang pelobi politik untuk mengelola ACS penuh waktu.

When Chesterton was received into the Roman Catholic Church in 1922, he in turn was influenced by Knox.
Sebaliknya, ketika Chesterton diterima dalam Gereja Katolik pada tahun 1922, Chesterton yang terpengaruh oleh Knox.