Second Epistle to Timothy oor Indonesies

Second Epistle to Timothy

naamwoord

a New Testament book containing Saint Paul's second epistle to Timothy; contains advice on pastoral matters

Vertalings in die woordeboek Engels - Indonesies

2 Timotius

naamwoord

Surat 2 Timotius

naamwoord

Soortgelyke frases

Second Epistle of Paul the Apostle to Timothy
2 Timotius · Surat 2 Timotius

voorbeelde

Paul wrote his second epistle to Timothy while in prison the second time, shortly before Paul’s martyrdom.
Paulus menulis surat keduanya kepada Timotius sementara berada di dalam tahanan yang kedua kali, sesaat sebelum kematisyahidan Paulus.

Among instructions found in his Second Epistle to Timothy, the Apostle Paul said:
Di antara petunjuk yang terdapat dalam Surat Kedua kepada Timotius, Rasul Paulus berkata:

Explain that shortly before Paul died, he wrote his Second Epistle to Timothy while imprisoned in Rome.
Jelaskan bahwa tidak lama sebelum Paulus mati, dia menulis surat keduanya kepada Timotius sementara dipenjarakan di Roma.

Explain that as part of his Second Epistle to Timothy, Paul prophesied of conditions in his day and ours.
Jelaskan bahwa sebagai bagian dari surat keduanya kepada Timotius, Paulus bernubuat tentang kondisi di zamannya dan zaman kita.

Adherents to this view cite the Second Epistle to Timothy and draw analogies to the late twentieth and early twenty-first centuries.
Para penganut pandangan ini kadang-kadang mengutip Surat 2 Timotius, dan menarik analogi dengan akhir abad ke-20/awal abad ke-21.

Paul’s Second Epistle to Timothy was likely written sometime between A.D. 64 and 65 (see Guide to the Scriptures, “Pauline Epistles,” scriptures.lds.org).
Surat kedua Paulus kepada Timotius kemungkinan ditulis pada suatu masa antara 64 dan 65 M. (lihat Penuntun bagi Tulisan Suci, “Surat-Surat Paulus,” scriptures.lds.org).

Paul’s Second Epistle to Timothy emphasizes the power that comes from having a testimony of Jesus Christ (see 2 Timothy 1:7–8).
Surat Kedua Paulus kepada Timotius menekankan kuasa yang datang dari memiliki kesaksian tentang Yesus Kristus (lihat 2 Timotius 1:7–8).

In his Second Epistle to Timothy, Paul taught that fear does not come from God and counseled Timothy to be unashamed of his testimony of Jesus Christ.
Dalam surat keduanya kepada Timotius, Paulus mengajarkan bahwa rasa takut tidak berasal dari Allah dan menasihati Timotius agar tidak malu akan kesaksiannya tentang Yesus Kristus.

The pastoral epistles are three books of the canonical New Testament: the First Epistle to Timothy (1 Timothy) the Second Epistle to Timothy (2 Timothy), and the Epistle to Titus.
Surat-surat Pastoral atau surat-surat penggembalaan (bahasa Inggris: pastoral epistles) adalah penamaan bagi tiga kitab dalam Perjanjian Baru pada Alkitab Kristen, yaitu: Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius (1 Timotius), Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius (2 Timotius), dan Surat Paulus kepada Titus.

Introduction to the Second Epistle of Paul to Timothy
Pendahuluan untuk Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius

In this Baur attempts to prove that the false teachers mentioned in the Second Epistle to Timothy and Epistle to Titus are the Gnostics, particularly the Marcionites, of the 2nd century, and consequently that the Pastoral Epistles were produced in the middle of the 2nd century in opposition to Gnosticism.
Di sini Baur mencoba membuktikan bahwa "guru-guru palsu" yang disebut dalam Surat 2 Timotius dan Surat Titus adalah para penganut Gnostikisme, terutama pengikut Marcion, dari abad ke-2, dan dengan demikian menurutnya, surat-surat Am itu ditulis pada pertengahan abad ke-2 untuk melawan ajaran Gnostikisme.

Paul wrote this epistle to Timothy, who had served with Paul during his second missionary journey (see Acts 16:3).
Paulus menulis surat ini kepada Timotius, yang telah melayani bersama Paulus selama perjalanan misionarisnya yang kedua (lihat Kisah Para Rasul 16:3).

The aphorism is found in the Second Epistle of Paul the Apostle (with Silvanus and Timothy) to the Thessalonians, in which Paul writes: εἴ τις οὐ θέλει ἐργάζεσθαι μηδὲ ἐσθιέτω eí tis ou thélei ergázesthai mēdè esthiétō that is, If anyone is not willing to work, let him not eat.
Aforisma tersebut muncul dalam Surat Kedua Rasul Paulus (dengan Silvanus dan Timotius) kepada para jemaat di Tesalonika, dimana Paulus berkata: εἴ τις οὐ θέλει ἐργάζεσθαι μηδὲ ἐσθιέτω bahwa, Jika seseorang tidak berkehendak untuk bekerja, maka ia tidak makan.

(The Second Epistle General of Peter and the General Epistle of Jude, by Michael Green) The Christian, then, must give evidence of his personal attachment to Jehovah by the way he lives his life. —1 Timothy 2:2; 2 Peter 3:11.
(The Second Epistle General of Peter and the General Epistle of Jude atau Surat Utama Kedua dari Petrus dan Surat Utama dari Yudas, oleh Michael Green) Maka, seorang Kristiani harus membuktikan keakrabannya dengan Yehuwa melalui cara ia menempuh kehidupannya.—1 Timotius 2:2; 2 Petrus 3:11.