neoclassical realism oor Indonesies

neoclassical realism

Vertalings in die woordeboek Engels - Indonesies

Realisme neoklasik

voorbeelde

He is linked to the Neoclassical realism-school and known for his work on American unipolarity, especially in collaboration with Stephen Brooks.
Ia merupakan peneliti beraliran realisme neoklasik dan dikenal atas tulisan-tulisannya mengenai unipolaritas Amerika Serikat yang digarap bersama Stephen Brooks.

Prominent neorealists: Robert J. Art – neorealism Robert Gilpin – hegemonic theory Joanne Gowa – neorealism Robert Jervis – defensive realism Christopher Layne - neorealism John Mearsheimer – offensive realism Barry Posen - neorealism Kenneth Waltz – structural realism Stephen Walt – defensive realism Neoclassical Realism can be seen as the third generation of realism, coming after the classical authors of the first wave (Thucydides, Machiavelli, Thomas Hobbes), and the neorealists (esp. Kenneth Waltz).
Neorealis ternama: Robert J. Art – neorealisme Robert Jervis – realisme defensif Kenneth Waltz – realisme struktural Stephen Walt – realisme defensif John Mearsheimer – realisme ofensif Robert Gilpin – teori hegemoni Realisme neoklasik dapat dilihat sebagai generasi ketiga realisme yang muncul setelah penulis klasik gelombang pertama (Thucydides, Machiavelli, Thomas Hobbes) dan kaum neorealis (khususnya Kenneth Waltz).

Neoclassical realism holds that the actions of a state in the international system can be explained by intervening systemic variables – such as the distribution of power capabilities among states – as well as cognitive variables – such as the perception and misperception of systemic pressures, other states' intentions, or threats – and domestic variables – such as state institutions, elites, and societal actors within society – affecting the power and freedom of action of the decision-makers in foreign policy.
Realisme neoklasik menyatakan bahwa aksi sebuah negara dalam sistem internasional dapat dijelaskan dengan variabel sistemik – misalnya persebaran kekuasaan di beberapa negara – variabel kognitif – misalnya persepsi dan mispersepsi tekanan sistemik, niat negara lain, atau ancaman – dan variabel domestik – misalnya lembaga negara, kaum elit, dan tokoh masyarakat – yang memengaruhi kekuasaan dan kebebasan bertindak para penentu kebijakan laur negeri.

While holding true to the realist concept of balance of power, neoclassical realism further adds that states' mistrust and inability to perceive one another accurately, or state leaders' inability to mobilize state power and public support can result in an underexpansion or underbalancing behaviour leading to imbalances within the international system, the rise and fall of great powers, and war: Appropriate balancing occurs when a state correctly perceives another state's intentions and balances accordingly.
Walaupun masih mengakui konsep keseimbangan kekuasaan khas neorealis, realisme neoklasik menambahkan bahwa ketidakpercayaan dan ketidakmampuan negara untuk melihat satu sama lain dengan baik, atau ketidakmampuan pemimpin negara untuk menggalang kekuasaan negara dan dukungan masyarakat, dapat mengakibatkan kegagalan perluasan dan penyeimbangan sehingga memicu ketidakseimbangan sistem internasional, bangkit dan runtuhnya negara-negara besar, dan perang: Penyeimbangan layak terjadi ketika sebuah negara menafsirkan niat negara lain dengan tepat.