Phaethon oor Engels

Phaethon

Vertalings in die woordeboek Indonesies - Engels

Phaethon

naamwoord

voorbeelde

Dua lembar palimpsest (bernomor 162 and 163) ditulis di atas fragmen-fragmen naskah Phaethon karya Euripides, samar-samar terbaca di bawah teks Kristen.
162 and 163) are overwritten on fragments of the Phaethon of Euripides, faintly legible under the Christian text.

Bangsa Yunani juga membuat setiap planet suci bagi salah satu dewanya, Dua Belas Dewa Olimpus: Helios dan Selene adalah nama planet dan dewa; Phainon dipersembahkan untuk Cronus, Titan yang merupakan ayah para dewa Olimpus; Phaethon dipersembahkan untuk Zeus, putra Cronus yang menggulingkannya dari takhta raja; Pyroeis dipersembahkan untuk Ares, putra Zeus dan dewa perang; Phosphoros dipimpin oleh Afrodit, dewi cinta; dan Hermes, perantara para dewa dan dewa ilmu dan akal, memimpin Stilbon.
The Greeks also made each planet sacred to one among their pantheon of gods, the Olympians: Helios and Selene were the names of both planets and gods; Phainon was sacred to Cronus, the Titan who fathered the Olympians; Phaethon was sacred to Zeus, Cronus's son who deposed him as king; Pyroeis was given to Ares, son of Zeus and god of war; Phosphoros was ruled by Aphrodite, the goddess of love; and Hermes, messenger of the gods and god of learning and wit, ruled over Stilbon.

Menurut beberapa sejarahwan, raja pertama mereka adalah Phaethon, salah satu dari mereka yang datang ke Epiros bersama Pelasgos.
According to some historians, their first king was Phaethon, one of those who came into Epirus with Pelasgus.

Bangsa Yunani kuno menyebutnya Φαέθων, Phaethon, yang berarti "Terbakar".
The Greeks called it Φαέθων (Phaethon, meaning "blazing").

Di Yunani kuno, dua benda bersinar raksasa, Matahari dan Bulan, disebut Helios dan Selene; planet terjauh (Saturnus) disebut Phainon, sang penerang; diikuti oleh Phaethon (Yupiter), "cerah"; planet merah (Mars) dikenal dengan sebutan Pyroeis, "berapi-api"; planet paling terang (Venus) disebut Phosphoros, pembawa cahaya;dan planet terakhir (Merkurius) disebut Stilbon, berseri-seri.
In ancient Greece, the two great luminaries the Sun and the Moon were called Helios and Selene; the farthest planet (Saturn) was called Phainon, the shiner; followed by Phaethon (Jupiter), "bright"; the red planet (Mars) was known as Pyroeis, the "fiery"; the brightest (Venus) was known as Phosphoros, the light bringer; and the fleeting final planet (Mercury) was called Stilbon, the gleamer.

Bangsa Babilonia mengambil nama Phosphoros dari nama dewi cintanya, Ishtar; Pyroeis dari dewa perang, Nergal, Stilbon dari dewa kebijaksanaan Nabu, dan Phaethon dari dewa pemimpin, Marduk.
The Babylonians named Phosphoros after their goddess of love, Ishtar; Pyroeis after their god of war, Nergal, Stilbon after their god of wisdom Nabu, and Phaethon after their chief god, Marduk.