angsa teritip oor Engels

angsa teritip

Vertalings in die woordeboek Indonesies - Engels

barnacle goose

naamwoord

species of bird

voorbeelde

Angsa teritip pertama kali diklasifikasikan secara taksonomi oleh Johann Matthäus Bechstein pada tahun 1803.
The barnacle goose was first classified taxonomically by Johann Matthäus Bechstein in 1803.

Seperti semua angsa, anak-anak angsa teritip tidak diberi makan oleh induknya.
Like all geese, the goslings are not fed by the adults.

Definisi "ikan" sering diperluas pada hewan-hewan laut dan semi-akuatik seperti ikan paus, angsa teritip, burung puffin, dan bahkan beaver.
The definition of "fish" was often extended to marine and semi-aquatic animals such as whales, barnacle geese, puffins and even beavers.

Angsa teritip secara berkala membangun sarang di tebing gunung; jauh dari pemangsa (terutama rubah Arktik dan beruang kutub), tapi juga jauh dari makanan mereka.
Barnacle geese frequently build their nests high on mountain cliffs, away from predators (primarily Arctic foxes and polar bears), but also away from food.

Makanan-makanan tersebut juga dianggap sesuai saat hari-hari puasa, meskipun klasifikasi angsa teritip sebagai ikan — yang tampaknya mengada-ada itu — tidak diterima secara umum.
Such foods were also considered appropriate for fast days, though rather contrived classification of barnacle geese as fish was not universally accepted.

Juga termasuk beaver, karena memiliki ekor yang bersisik dan menghabiskan cukup banyak waktu dalam air, serta angsa teritip, karena diyakini perkembangbiakannya di bawah air dalam bentuk teritip.
Also included were the beaver, due to its scaly tail and considerable time spent in water, and barnacle geese, due to the belief that they developed underwater in the form of barnacles.

Anehnya ada keyakinan bahwa angsa teritip tidak berkembangbiak dengan bertelur sebagaimana burung lainnya, tetapi tumbuh dalam teritip, dan karenanya dianggap sebagai makanan yang diperbolehkan saat masa puasa dan Prapaskah.
Curiously enough the barnacle goose was believed to reproduce not by laying eggs like other birds, but by growing in barnacles, and was hence considered acceptable food for fast and Lent.

Tetapi pada Konsili Lateran IV (tahun 1215), Paus Innosensius III secara eksplisit melarang konsumsi angsa teritip selama Prapaskah, dengan alasan bahwa mereka hidup dan makan layaknya bebek dan begitu pula sifatnya sama dengan burung lainnya.
But at the Fourth Council of the Lateran (1215), Pope Innocent III explicitly prohibited the eating of barnacle geese during Lent, arguing that they lived and fed like ducks and so were of the same nature as other birds.

Terkadang seekor burung liar akan muncul di timur laut Amerika Serikat atau Kanada, tetapi perlu dibedakan antara burung-burung liar dengan peliharaan yang lepas, sebab angsa teritip merupakan unggas air yang populer di kalangan kolektor.
Occasionally, a wild bird will appear in the Northeastern United States or Canada, but care must be taken to separate out wild birds from escaped individuals, as barnacle geese are popular waterfowl with collectors.

Kaisar Romawi Suci Frederik II melakukan pemeriksaan terhadap teritip dan menyatakan bahwa tidak ada bukti embrio seperti burung di dalamnya; sekretaris Leo dari Rozmital menuliskan reaksi skeptisnya atas penyajian angsa teritip pada suatu jamuan makan pada hari puasa tahun 1456.
The Holy Roman Emperor Frederick II examined barnacles and noted no evidence of any bird-like embryo in them, and the secretary of Leo of Rozmital wrote a very skeptical account of his reaction to being served the goose at a fast-day dinner in 1456.

Pada Konsili Lateran IV (tahun 1215), Paus Innosensius III secara eksplisit melarang konsumsi angsa teritip selama masa Prapaskah, dengan alasan bahwa terlepas dari cara reproduksi mereka yang tidak biasa, mereka hidup dan makan seperti bebek dan juga sifatnya sama dengan burung-burung lain.
At the Fourth Council of the Lateran (1215), Pope Innocent III explicitly prohibited the eating of these geese during Lent, arguing that despite their unusual reproduction, they lived and fed like ducks and so were of the same nature as other birds.

Pertanyaan mengenai hakikat angsa teritip juga mengemuka sebagai suatu persoalan hukum makanan Yahudi seperti tercantum dalam Halakha, dan Rabbeinu Tam (1100–1171) menetapkan bahwa mereka adalah "kosher" (maknanya kurang lebih halal), sekalipun lahir dari pepohonan, dan harus disembelih sesuai ketentuan normal layaknya burung. ^ BirdLife International (2012).
The question of the nature of barnacle geese also came up as a matter of Jewish dietary law in the Halakha, and Rabbeinu Tam (1100–71) determined that they were kosher (even if born of trees) and should be slaughtered following the normal prescriptions for birds.

Menurut Perhimpunan Ornitologi Swedia angsa-angsa ini berkembang biak di Swedia pada tahun 1971, dan menurut Skansen (kebun binatang dan museum terbuka pertama di Stockholm, Swedia) 40 tahun yang lalu, kurang lebih, ketika seluruh populasi angsa teritip yang tersisa di musim gugur kembali pada musim semi, sesaat setelah mereka mulai berkembang biak di alam liar.
According to Sveriges ornitologiska förening, the geese began breeding in Sweden in 1971, and according to Skansen, it was 40 years ago, more or less, when the entire population of barnacle geese left in the autumn to return in spring, soon after they began breeding in the wild.

Berdasarkan legenda tersebut — memang kemungkinan diciptakan untuk tujuan ini — beberapa klerus Irlandia menganggap daging angsa teritip dapat dikonsumsi sebagai makanan saat hari puasa, suatu praktik yang dikritik oleh Giraldus Cambrensis, seorang penulis dari Wales: ...Para uskup dan rohaniwan (viri religiosi) di beberapa belahan Irlandia tidak merasa ragu untuk makan burung-burung ini pada masa puasa, seolah-olah mereka bukan daging karena mereka tidak dilahirkan dari daging...
Based on these legends—indeed, the legends may have been invented for this purpose—some Irish clerics considered barnacle goose flesh to be acceptable fast day food, a practice that was criticized by Giraldus Cambrensis, a Welsh author: ...Bishops and religious men (viri religiosi) in some parts of Ireland do not scruple to dine off these birds at the time of fasting, because they are not flesh nor born of flesh...

Keyakinan ini kemungkinan terkait kenyataan bahwa angsa-angsa ini tidak pernah terlihat saat musim panas, saat di mana mereka diduga sedang berkembang di bawah laut (mereka sebenarnya berkembang biak di daerah Arktik yang terpencil) dalam bentuk teritip —yang mana kemudian nama "teritip" disematkan karena legenda ini.
This belief may be related to the fact that these geese were never seen in summer, when they were supposedly developing underwater (they were actually breeding in remote Arctic regions) in the form of barnacles—which came to have the name "barnacle" because of this legend.