Republik Maluku Selatan oor Engels

Republik Maluku Selatan

eienaam

voorbeelde

Dalam posisi ini, Jusuf berpartisipasi dalam memadamkan pemberontakan oleh Republik Maluku Selatan (RMS).
In this position, Jusuf participated in putting down rebellions by the Republic of South Maluku (RMS).

Ada tiga bendera dimasukkan oleh aturan tersebut: Bintang Kejora; bendera Republik Maluku Selatan; Gerakan Aceh Merdeka.
Both the Papuan Morning Star flag and the “Benang Raja” (rainbow) flag of the Republic of the South Moluccas (Republik Maluku Selatan, RMS) are considered to fall under this ban.

TNI juga membantu menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan pada tahun 1963.
The TNI also helped bring the rebellion of Republic of South Maluku to a close in 1963.

Tak lama setelah berakhirnya perang, Republik Maluku Selatan (RMS) mendeklarasikan kemerdekaannya dari Indonesia yang baru lahir.
Not long after the end of the war, the Republic of South Maluku (RMS) declared its independence from the nascent Indonesia.

Pada tahun 1950, setelah berakhirnya revolusi, Rijadi dikirim ke Maluku untuk memerangi Republik Maluku Selatan.
In 1950, after the end of the revolution, Rijadi was sent to the Moluccas to put down a rebellion.

Tahun berikutnya, 12.000 tentara Maluku bersama keluarganya berangkat ke Belanda dan mendirikan pemerintahan dalam pengasingan "Republik Maluku Selatan".
The following year some 12,000 Moluccan soldiers accompanied by their families went to the Netherlands, where they established a "Republic of the South Moluccas" government-in-exile.

Kebanyakan adalah aktivis yang melakukan aksi damai menaikkan simbol terlarang macam bendera Bintang Kejora dan bendera Republik Maluku Selatan.
Many such arrests and prosecutions are of activists who peacefully raise banned symbols, such as the Papuan Morning Star and the South Moluccan RMS flags.

Pada saat, ia menyelenggarakan sebuah acara radio biasa, "Suara Maluku" dan memasukkan Republik Maluku Selatan ke Organisasi Bangsa dan Rakyat yang Tidak Terwakili.
During his time, he hosted a regular radio show, "Voice of the Moluccas" and entered the Republik Maluku Selatan into the Unrepresented Nations and Peoples Organisation.

Banyak penangkapan dan pengadilan dilakukan terhadap para aktivis yang mengibarkan simbol-simbol terlarang, antara lain bendera Bintang Kejora Papua atau bendera Republik Maluku Selatan.
Many such arrests and prosecutions are of activists who raise banned symbols, such as the Papuan Morning Star or the South Moluccan RMS flags.

Johan Teterisa (kelahiran sekitar 1961) adalah seorang guru sekolah dasar Indonesia, aktivis dan anggota Republik Maluku Selatan, atau RMS, sebuah kelompok separatis kecil yang menginginkan pemisahan kepulauan Maluku selatan dari Indonesia.
1961) is an Indonesian elementary school teacher, activist and member of the Republic of the South Moluccas, or RMS, a small separatist group which advocates independence for the southern Maluku islands from Indonesia.

Pada Agustus, pihak berwenang menangkap 21 aktivis Maluku Selatan di Ambon dan Saparua serta mendakwa mereka dengan pasal makar atasrencana menerbangkan balon dan bendera Republik Maluku Selatan saat kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
In August, the authorities arrested 21 Southern Moluccas activists in Ambon and Saparua and charged them with treason for planning to fly balloons and Southern Moluccas Republic flags during a visit by President Susilo Bambang Yudhoyono.

Pasal 6 dalam Peraturan Pemerintah 77/2007 melarang pengibaran bendera Bintang Kejora di Papua, sama halnya terhadap bendera Republik Maluku Selatan di Ambon, dan bendera Bulan Sabit di Aceh, dua wilayah lain dengan gerakan separatis.
Article 6 of Government Regulation 77/2007 prohibits the display of the Morning Star flag in Papua, as well as the South Maluku Republic flag in Ambon, and the Crescent Moon flag in Aceh, other areas with separatist movements.

Di bawah Undang-Undang Otonomi Khusus Papua, simbol identitas Papua berupa bendera dan lagu dizinkan, tapi pasal 6 Peraturan Pemerintah 77/2007melarang pengibaran Bintang Kejora di Papua, bendera Republik Maluku Selatan di Ambon, dan bendera Bulan Sabit di Aceh.
Under the 2001 Papuan Special Autonomy Law, symbols of Papuan identity such as a flag or song are permitted, but Article 6 of Government Regulation 77/2007, prohibits the display of the Morning Star flag in Papua, the South Maluku Republic flag in Ambon, and the Crescent Moon flag in Aceh.

Johannes Alvarez Manusama (lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 17 Oktober 1910 – meninggal di Rotterdam, Belanda, 29 Desember 1995 pada umur 85 tahun), mantan guru sekolah dan anggota Freemason, Menteri Pendidikan dan Menteri Pertahanan Republik Maluku Selatan (1950), adalah presiden ketiga Republik Maluku Selatan (1966-1993).
Doctor Johannes Alvarez Manusama (Banjarmasin, August 17, 1910 – Rotterdam, December 29, 1995), a former schoolteacher and freemason, RMS Minister of Education and Minister of Defense (1950), was the third president of the Republic of South Moluccas (1966–1993).

Peraturan daerah otonomi khusus Papua tahun 2001 memperbolehkan ditampilkannya simbol-simbol identitas orang Papua seperti bendera atau lagu, tetapi pasal 6 Peraturan Pemerintah No. 77/2007 melarang ditampilkannya bendera Bintang Kejora di Papua, bendera Republik Maluku Selatan di Ambon, dan bendera Bulan Bintang di Aceh.
Under the 2001 Papuan Special Autonomy Law, symbols of Papuan identity such as a flag or song are permitted, but article 6 of Government Regulation 77/2007 prohibits the display of the Morning Star flag in Papua, the South Maluku Republic flag in Ambon, and the Crescent Moon flag in Aceh.

Polisi dilaporkan menyita barang bukti berupa 133 poster bertuliskan “Bebaskan Tahanan Politik Alifuru dan Papua,”dua salinan laporan Human Rights Watch Juni 2010 berjudul “Kriminalisasi Aspirasi Politik: Pesakitan Politik di Indonesia,”17 bendera Republik Maluku Selatan, dan sebuah tabung gas 12 kg untuk menerbangkan balon.
The police reportedly confiscated as evidence 133 posters that read "Free Alifuru and Papua Political Prisoners," two copies of the June 2010 Human Rights Watch report "Prosecuting Political Aspiration," 17 separatist Southern Moluccas Republic (Republik Maluku Selatan or RMS) flags, and one 12-pound gas cylinder to be used to fill the balloons.