epicurean oor Indonesies

epicurean

/ˌepɪkjʊəˈriːən/ adjektief, naamwoord

pursuing pleasure, especially in reference to food or comfort

Vertalings in die woordeboek Engels - Indonesies

puas

adjektief

Epicurean

/ˌepɪkjʊəˈriːən/ adjektief, naamwoord

relating to Epicurus or his philosophy

Soortgelyke frases

epicureanism
epikureanisme

voorbeelde

The Epicureans did not anticipate the full theory of evolution as we now know it, but seem to have postulated separate abiogenetic events for each species.
Para penganut Epikurean tak memegang teori evolusi penuh seperti yang diketahui saat ini, namun tampaknya meyakini peristiwa abiogenetik terpisah untuk setiap spesies.

For example, there is the classic argumentation of his talk to the Stoics and Epicureans on the Areopagus.
Misalnya, ada argumentasi yang jitu dalam khotbahnya kepada orang Stoa dan Epikuros di Areopagus.

Epicureans believed that the gods, if they did exist, did not involve themselves in the lives of humans and that happiness was to be found in the absence of cares and pain and the enjoyment of pleasures in moderation.
Golongan Epikuros percaya bahwa para dewa [allah], jika mereka memang ada, tidaklah melibatkan diri dalam kehidupan manusia dan bahwa kebahagiaan itu ditemukan dalam ketidakhadiran kekhawatiran dan rasa sakit serta kesenangan-kesenangan kenikmatan dalam moderasi.

At the outset in his discourse to the Stoics, Epicureans, and others assembled at the Areopagus (Mars’ Hill), Paul tactfully drew their attention to this altar, telling them that it was this God, heretofore unknown to them, about whom he was preaching. —Ac 17:18, 19, 22-34.
Pada awal ceramahnya kepada orang-orang dari golongan Stoa, Epikuros, dan orang-orang lain yang berkumpul di Areopagus (Bukit Mars), Paulus dengan bijaksana menarik perhatian mereka kepada mezbah ini, dengan mengatakan kepada mereka bahwa ia justru sedang memberitakan tentang Allah tersebut, yang sampai saat itu tidak mereka kenal.—Kis 17:18, 19, 22-34.

This was the motto of the ancient Epicureans.
Itulah moto golongan Epikuros zaman dahulu.

In France, the word "Rothschild" was throughout the 19th and 20th centuries a synonym for seemingly endless wealth, neo-Gothic styles, and epicurean glamour.
Di Prancis, kata "Rothschild" sepanjang abad ke-19 dan 20 dipakai sebagai sinonim untuk kekayaan tak terbatas, gaya neo-Gothik, dan glamor epikurean.

A philosopher of the Epicurean school, Lucretius, believed the world was composed solely of matter and void and that all phenomena could be understood as resulting from purely natural causes.
Sebagai seorang filsuf aliran Epicurean, Lucretius percaya bahwa dunia terdiri semata-mata dari materi dan kekosongan, dan bahwa semua fenomena dapat dipahami sebagai akibat dari sebab-sebab yang alami.

See the box “Epicureans and Stoics.”
Lihat kotak ”Penganut Epikuros dan Stoa”.

He was not a Stoic, but like them he looked back to the Socratics and was constantly engaged in arguing against atomists such as the Epicureans.
Dia bukan Stoic, tetapi seperti mereka, melihat kembali ke Socratik dan terus-menerus terlibat dalam debat melawan atomis seperti Epikuros.

Jun Tsuji was a Japanese anarchist, Epicurean and Dadaist shakuhachi musician, actor and Bohemian who after discovering and adhering to Stirner's philosophy proceeded to translate The Ego and Its Own into the Japanese language.
Jun Tsuji adalah anarkis Jepang, seorang musikus shakuhachi Epikurean dan Dadais, sekaligus juga seorang aktor dan bohemian yang menemukan dan mengikuti filsafat Stirner serta langsung menerjemahkan Ego dan Dirinya Sendiri ke dalam bahasa Jepang.

Among his listeners were Epicureans and Stoics, members of rival schools of philosophy.
Mereka antara lain adalah para penganut Epikuros dan Stoa, dua aliran filsafat yang bersaing.

While in the marketplace Paul was accosted by Stoic and Epicurean philosophers and was viewed suspiciously as being “a publisher of foreign deities.”
Sewaktu berada di pasar, Paulus didatangi oleh para filsuf Stoa dan filsuf Epikuros dan dipandang dengan penuh curiga sebagai ”orang yang memberitakan dewa-dewa asing”.

The Epicureans even refrained from political involvement and secret wrongdoing.
Kaum Epikuros bahkan menjauhi kegiatan politik dan perbuatan salah yang tersembunyi.

In the Epicurean system, it was assumed that many living forms had been spontaneously generated from Gaia in the past, but that only the most functional forms had survived to have offspring.
Dalam sistem Epikurean, beberapa bentuk kehidupan dianggap timbul secara spontan dari Gaia pada masa almpau, namun hanya bentuk-bentuk paling paling fungsional yang bertahan dari penyaringan.

Some may have reasoned that the Epicureans’ apparently high ethics made them safe associates for Christians.
Beberapa orang mungkin bernalar bahwa nilai-nilai etika kaum Epikuros tampak luhur sehingga para penganutnya dapat dijadikan teman-teman bergaul yang aman bagi orang-orang Kristen.

For example, the Epicureans employed moderation in their pursuit of enjoyment.
Misalnya, kaum Epikuros memperlihatkan kesahajaan dalam mengejar kenikmatan.

Alongside the Epicureans were the Greek Stoics, who gave nature the position of God.
Sezaman dengan orang-orang Epikuros terdapat orang-orang Yunani Stoa, yang memandang alam sebagai Allah.

Álvares de Azevedo's biography at the official site of the Brazilian Academy of Letters (in Portuguese) Works by or about Álvares de Azevedo at Internet Archive Works by Álvares de Azevedo at LibriVox (public domain audiobooks) About the Epicurean Society (in Portuguese)
Biografi Álvares de Azevedo di situs resmi Akademi Sastra Brasil (Portugis) Karya oleh/tentang Álvares de Azevedo di Internet Archive (pencarian dioptimalkan untuk situs non-Beta) Karya Álvares de Azevedo di LibriVox (buku suara domain umum) About the Epicurean Society (Portugis)

Four schools of philosophy were established there, the Platonic, Peripatetic, Epicurean, and Stoic (Ac 17:18), and these were attended by students from throughout the empire in Roman times.
Empat aliran filsafat terbentuk di sana, yaitu aliran Plato, aliran Aristoteles, aliran Epikuros, dan aliran Stoa (Kis 17:18), dan pada zaman Romawi aliran-aliran ini diikuti oleh para siswa dari seluruh imperium itu.

Thus Paul drew attention to the Epicurean teaching: “Let us eat and drink, for tomorrow we are to die.”
Oleh karena itu, Paulus menarik perhatian kepada ajaran Epikuros, ”Marilah kita makan dan minum, karena besok kita akan mati.”

(See also Epicureans)
(Lihat juga Epikuros, Orang)

But the Epicureans refined this argument, by proposing that the actual number of types of atoms in nature is small, not infinite, making it less coincidental that after a long period of time, certain orderly outcomes will result.
Namun, Epicurean memperhalus argumen ini, mengusulkan bahwa jumlah sebenarnya dari jenis atom di alam ini kecil, bukan tidak terbatas, sehingga kurang kebetulan bahwa setelah jangka waktu yang panjang, hasil tertentu yang teratur diperoleh.

Just because I tend to forego epicurean pleasures, it doesn't mean I can't appreciate them.
Hanya karena aku cenderung hidup tanpa kesenangan penggemar makanan dan minuman, itu tidak berarti aku tidak bisa menghargai mereka.

10 In Paul’s day many subscribed to the philosophy of the Epicureans, who lived for pleasure, to satisfy the senses.
10 Pada jaman Paulus banyak yang menganut filsafat orang-orang Epikuri, yang hidup untuk kesenangan, untuk memuaskan nafsu.

Bromiley, 1971) When speaking controversially with Paul, some Epicurean and Stoic philosophers concluded: “He seems to be a publisher of foreign deities [Gr., dai·mo·niʹon].” —Ac 17:18.
Bromiley, 1971) Sewaktu berdebat dengan Paulus, beberapa filsuf Epikuros dan Stoa menyimpulkan, ”Tampaknya ia adalah orang yang memberitakan dewa-dewa asing [Yn., dai·moʹni·on].”—Kis 17:18.