posisi misionaris oor Engels

posisi misionaris

Vertalings in die woordeboek Indonesies - Engels

missionary position

naamwoord

Posisi misionaris

Vertalings in die woordeboek Indonesies - Engels

missionary position

naamwoord

sex position

voorbeelde

Tentu saja posisi misionaris adalah PBNJ ( roti isi mentega kacang ) dari seks.
Certainly, the missionary position was the PBJ of sex.

Dalam seks heteroseksual, posisi misionaris memngkinkan pria untuk mengatur ritme dan kedalaman penetrasi.
During sexual activity, the missionary position allows the man to control the rhythm and depth of pelvic thrusting.

Di Yunani Kuno, posisi misionaris pada awalnya tidak populer.
In ancient Greece, the missionary position was originally an unpopular position.

Posisi misionaris sangat jarang di dunia hewan.
The missionary position is very rare in the animal kingdom.

Simon Hardy menulis bahwa posisi misionaris digunakan utnuk membedakan "seks beradab dan seks hewan."
Simon Hardy wrote that the missionary position was used to distinguish "bestial and civilized sex."

Dia menggambarkan bahwa orang Amerika menyukai posisi misionaris dan menyebutnya "posisi Amerika-Inggris."
He described the American preference for the position and called it the English-American position.

Panduan persetubuhan tahun 1770 buatan Nicholas Venette memuji posisi misionaris sebagai "postur umum...yang paling diizinkan dan paling menggairahkan."
Nicholas Venette's 1770s-era sex manual praised the missionary position as the "common posture...which is most allowable and most voluptuous."

Sodomi dianggap merendahkan untuk orang dewasa dan tampaknya posisi lompatan (yang bertentangan dengan posisi misionaris) dianggap kurang memuaskan untuk wanita.
Sodomy was considered degrading for an adult and it seems that the leapfrog position (as opposed to the missionary position) was considered less gratifying for the woman.

Hingga saat ini, para leksikografer dan seksolog belum pernah menemukan bukti penggunaan istilah "posisi misionaris" dari masa sebelum karya Kinsey muncul.
To date, lexicographers and sexologists have not found use of the term missionary position before Kinsey.

Sebelum terbitnya karya Alfred Kinsey, posisi misionaris dikenal dengan beberapa nama, di antaranya "posisi matrimonial", "posisi Mama-Papa", "posisi Amerika-Inggris", dan "posisi superior pria".
Before the release of Alfred Kinsey's work, the missionary position was known by several names, including the matrimonial, the Mama-Papa position, the English-American position, and the male superior position.

Menurut Canongate, seni kuno memperlihatkan bahwa posisi misionaris kurang terkenal dibandingkan posisi wanita-di-atas di daerah Ur, Yunani, Romawi, Peru, India, Cina dan Jepang.
According to Canongate, ancient art shows missionary as being less popular than woman-on-top positions in Ur, Greece, Rome, Peru, India, China and Japan.

Namun, sekitar abad kedua, Artemidos mempopulerkan posisi misionaris di antara orang-orang Stoik, dan menyebutnya sebagai "satu-satunya posisi yang cocok dan alami" karena aliran maninya.
However, circa the second century, Artemidos popularized the missionary position among Greco-Roman Stoics, declaring it "the only proper and natural" position due to the flow of semen.

Setelah secara kebetulan menggabungkan fakta-faka yang mirip ini, Kinsey menciptakan sebuah frasa baru, yaitu "posisi misionaris", dan meyakini bahwa dia hanya melaporkan istilah yang sudah dikenal.
Upon accidentally combining these similar facts, Kinsey invented a new phrase despite believing that he was reporting an old one.

Posisi misionaris biasanya disukai oleh pasangan yang ingin menikmati kualitas romantis melalui banyak sentuhan kulit dengan kulit serta kesempatan untuk saling memandang, mencium, dan membelai satu sama lain.
The missionary position is often preferred by couples who enjoy the romantic aspects of ample skin-to-skin contact and opportunities to look into each other's eyes and kiss and caress each other.

Pada tahun 2001, Robert Priest memeriksa asal usul istilah "posisi misionaris" dan berkesimpulan bahwa Kinsey telah secara keliru menyalahartikan beberapa faktor dalam tindakannya yang secara tidak sengaja menciptakan istilah itu.
In 2001, Robert Priest examined the origins of the term and concluded that Kinsey had confused several factors in accidentally coining the term.

Robert Francoeur berpendapat bahwa bukti tentang penggunaan posisi misionaris ditemukan pada seni dan tembikar kuno di daerah Bulan Sabit Subur dan juga pada periode awal Yunani, Romawi, Peruvia, India, Cina, dan Jepang.
Robert Francoeur notes that evidence of the missionary position's use appears in ancient pottery and art in the Fertile Crescent as well as in the art of Early Greeks, Romans, Peruvians, Indians, Chinese and Japanese.

Sejak dikemukakan oleh Kinsey, kisah mengenai asal usul istilah "posisi misionaris" terus menerus diceritakan ulang sampai akhirnya versi tersebut menjadi yang paling banyak diterima, sedangkan kaitannya dengan Kinsey dan Malinowski sendiri menghilang.
From then on, the story of the name's origin may have been retold until it became largely accepted, with its connection to Kinsey and Malinowski having faded.

Tokoh lainnya yang juga menganggap bahwa posisi misionaris adalah satu-satunya posisi yang diperbolehkan, di antaranya adalah Alexander dari Hales dan Albertus Magnus, yang berpendapat bahwa posisi non misionaris dapat berakibat pada kecacatan bayi.
Others who held that missionary was the only permitted position included Alexander of Hales and the author of De secretis mulierum, who suggested that nonstandard positions might result in birth defects.

Namun, bagaimana dengan posisinya sebagai misionaris awam Katolik dan wakil gubernur?
But what about his position as a lay Catholic missionary and deputy governor?

Banyak sumber yang melaporkan bahwa di Amerika Serikat, beberapa negara bagian pernah menyatakan bahwa posisi yang bukan misionaris adalah tidak sah, dan ada pula yang dapat mengabulkan perceraian pada seorang istri yang oleh suaminya disetubuhi dengan posisi non misionaris.
Numerous sources have reported that in the United States, some states had outlawed positions other than missionary between husband and wife, or will grant a divorce to a woman whose husband makes love to her in another position.

Membahas karya Malinowski, The Sexual Life of Savages in North-Wester Melanesia, Kinsey menulis, "akan diingat bahwa Malinowski (1929) mencatat penggunaan posisi yang nyaris universal dan yang amat sangat berbeda di antara orang-orang Tobriand ... ... karikatur posisi Amerika-Inggris itu dilakukan di sekitar ... api unggun, yang membuat para penduduk asli terhibur dan menyebutnya "posisi misionaris".'"
Discussing Malinowski's The Sexual Life of Savages in North-Western Melanesia, Kinsey wrote, "It will be recalled that Malinowski (1929) records the nearly universal use of a totally different position among the Trobrianders ... ... that caricatures of the English-American position are performed around ... campfires, to the great amusement of the natives who refer to the position as the 'missionary position.'"

Ingat, “Janganlah meminta nasihat [dari] misionaris lawan jenis, bahkan jika [mereka] melayani dalam posisi kepemimpinan.
Remember, “Do not counsel [with] missionaries of the opposite sex, even if [they] are serving in a leadership position.

Kinsey juga teringat bahwa Gereja Katolik Abad Pertengahan mengajarkan posisi itu, dan setelah melihat bahwa penduduk asli mengejek posisi itu, Gereja berasumsi bahwa para misionaris sudah mengajarkannya pada para penduduk asli itu.
Kinsey also recalled that the medieval Catholic Church taught the position, and upon seeing the natives mocking it, assumed that missionaries had taught it to them.

Dia menyebutkan bahwa posisi itu dipelajari dari "pedagang, petani, dan pejabat kulit putih", tetapi tidak membicarakan misionaris.
He mentioned that the position was learned from "white traders, planters, or officials", but does not discuss missionaries.

Menurut Walpola Rahula, misionaris-misionaris Kristen menggantikan dan menyesuaikan kegiatan pendidikan, sosial, dan kesejahteraan para bhikkhu, dan menamankan pergeseran permanen dalam pandangan mengenai posisi yang tepat para bhikkhu di masyarakat melalui pengaruh kelembagaannya terhadap kalangan elit.
According to Walpola Rahula, Christian missionaries displaced and appropriated the educational, social, and welfare activities of the monks, and inculcated a permanent shift in views regarding the proper position of monks in society through their institutional influence upon the elite.